Mengail dari Dari Film Dokumenter, Semua Pihak Harus Selamatkan Obat-Obat Tradisional

Diskusi Komunitas Sastra Papua. Doc. Pace Ko'Sapa
Jayapura, (Ko’Sapa) - Komunitas Sastra Papua (Ko’Sapa) telah melakukan pemutaran filem dokumenter dan diskusi sebanyak tiga kali, diawal tahun 2017. Filem yang telah diputar berjudul Promise Land, Biografi Bob Marley, kemudian Pemanfaatan Obat-Obat Tradisional, pemutaran filem ini dilakukan di Museum Uncen.

Namun pada sabtu, (28/01/2017), filem dokumenter yang di putar berjudul “Pemanfaatan Obat-Obat Tradisional” filem dokumenter ini menjelaskan tentang, potensi kekayaan alam yang ada di Papua begitu luar biasa, terutama obat-obatan tradisional, yang dimanfaatkan oleh “dokter-dokter tradisional”, untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Pada diskusi Komunitas Sastra Papua yang ke tiga ini, dihadiri oleh Mahasiswa, Dosen, Jurnalis dan sejumlah Mahasiswa-Mahasiswi dari berbagai kampus yang ada di Kota Jayapura. 

Salah seorang peserta diskusi Asrida mengatakan, Film ini sangat bagus namun terlalu singkat, isinya menjelaskan mengenai pemanfaatan obat-obatan tradisional yang ada di Papua yang begitu banyak. Namun drinya mala menyayangkan ketidakseriusan pemerintah dalam mendokumentasikan dan menyelamatkan obat-obat tradisional itu.

“Padahal pada kenyataanya potensi ini dapat digunakan pemerintah di Papua sebagai obat tradisional khas Papua, yang bisa di buat badan hukumnya dan di eksport keluar negeri, kata asri dengan ekspresi sedikit muram,” kata Asri.

“Kita perlu melakukan identivikasi  jenis-jenis obat-obatan tradisioanal, kemudian melakukan kajian-kajian untuk membuat sebuah industri obat tradisonal dari Papua,” kata Asirda disela-sela diskusi di Aula Museum Uncen. 

Lanjut Asrida pemerintah bersama dengan masyarakat adat di kampung–kampung mesti ada komunikasi yang baik sebab hal ini jarang manfaatkan apalagi diera moderen. “Lebih parah lagi adalah semua tanaman dan tumbuhan yang berbau ramuan tradisional terancam punah disebabkan oleh pembangunan jalan, perusahaan ilegal yang masuk ke Tanah Papua,” kata Asrida.

Sementara itu Alfonsa Wayap Jurnalis di Majalah Lanny ini mengatakan filem ini sangat bagus namun tidak lengkap dalam penejelasannya mengenai obat apa saja yang diselamatkan, mustinya dijelaskan tersendiri untuk di konsumsi Oleh publik.  

Dirinya juga mengharapkan agar orang Papua dapat melakukan penyelamatan obat-obat tradisional yang ada di sekitarnya, mislanya Daun Mayana, Samiroto, Daun Mayana, Kunyit, untuk dilakukan pejarahan dan dioker di rumah agar dapat digunakan dalam waktu yang panjang, “Supaya kedepan tong tra usah lagi konsumsi obat –obat yang mengadung unsur kimia tinggi bikin tong tambah sakit lagi,” kata Alfonsa. 

Turut hadir dalam diskusi tersebut sekertaris KoSapa Aleks Giyai menilai, saat ini terjadi ketimpangan besar khusunya dalam bidang kesehata, sebab orang lebih banyak mengonsumsi obat kimia ketimbang obat tradisional karena faktor ketidak tahuan atau kesengajaan. 

“Saya punya orang tua pernah cerita, bahwa dulu bersama misionaris gereja katolik Mendiang Pastor Tetro menyelamatkan ramuan tradisional dari berbagai jenis tanaman, dari rumput, daun dan buah–buahan dan sebagian jenis tanama itu diketahui oleh orang orang tua di kampung. Mereka sempat mengembangkan ramuan tradisional, tapi sekarang semua potensi ini jarang digunankan”, imbuhnya.

Mahasiswa Universitas Otto dan Geisler Feliks Semu dalam diskusinya mengutaragakan agar, pemerintah juga perlu meibatkan “dokter-dokter tradisional” untuk meminta resep obat tradisional agar dikelolanya menjadi obat melalui laboratorium yang resmi. 

“Kita punya dokter-dokter tradisional ini yang terluput dari dunia kesehatan sehingga potensi ini lambat laut hilang bukannya dikelola sebaik baiknya. Ini ancam serius sehinggga perlu dilestarikan. Bagi saya Film ini sangat mengisnpirasi kita sekalian sebagai generasi muda yang punya kepedulian terhadap dunia kesehatan demi selamatkan generasi Papua,” kata Feliks. 

Sementara itu, Soleman Itlay lebih menitikberatkan pada peranan akademisi untuk lebih melakukan kajian, dengan mendatangi masyarakat adat sebagai sumber informan, sebab metode seperti ini akan sangat membantu kami dalam mendapatkan informasih lebih banyak mengenai dunia kesehatan. 

Hengky Yeimo Koordinator Ko’sapa menegaskan perlu ada upaya penyelamatan terhadap tanaman dan tumbuhan obat–obatan tradisional. Ia menjelaskan pihak akademisi perlu menguupayakan agar penyelamatan agar obat–obatan (ramuan) tersebut dikembangkan dan dilindungi. Sehingga setiap orang mampu mengobati segala macam penyakit”.

Lebih lanjut Hengky Yeimo mengatakan, penyelamatan harus diikuti dengan sebuah gerakan. Sehingga kedepan semua komponen yang menyeriusi hal ini. 

“Penting juga dinas kesehatan  bekerja sama dengan teman–teman mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi terutama di bidang kesehatan” untuk melakukan identivikasi obat obat tradisional dan penyelamatan obat obat ini. 

Catatan Untuk Ko'Sapa

Usai diskusi Pengurus kosapa mendapatkan kritikan, saran dari peserta, komentar itu datang dari peserta yang mengeluhkan karena diskusi ini sangat lambat tidak konsisten dengan waktu. Kemudian perlu juga membagi peran dalam agenda diskusi, mulai dari notulensi, pemandu diskusi, dan sebagainya.  

Pentingnya juga menghadirkan narasumber yang berkaitan dengan diskusi atau film yang diputar agar diskusi ini bisa berkembang. Pneting juga melakukan sinopsis terkait Filem yang akan diputar sebelum diedarkan surat undangan. 

Untuk Sekedar diketahui bahwa setiap hari sabtu pukul 16:30 WP akan melakukan pemutaran filem di museum antropologi Uncen dengan narasumber yang handal pula. (Soleman Itlay)


Posting Komentar

0 Komentar