Tania yang Nakal

Burung pengicau (Passeriformes) dari marga Corvus, suku Corvidae

Siang ini burung-burung pipit ramai berkicau dan mencari makan di sekitar para-para di belakang rumahku. Burung-burung pipit ini masuk di Papua sekitar tahun 1990-an, terbawa dalam barang-barang atau kontainer dari Jawa.
Lagi ayik memperhatikan burung-burung ini, Isak Koibur datang dan duduk di samping saya, ia lantas bertanya "saya mo cek bos, ada k?"

"Tra tau, mungkin ada, di depan dia punya motor ada ka tidak?"

"Trada!"

"Brarti Pace de ada keluar tu!"

Burung-burung pipit ini rupanya menggangu perhatian Koibur, ia lantas bercerita tentang satu acara yang di tontonnya di tv.

"Satu hari, saya menonton acara tv, ada satu orang yang memiliki tanah luas dan memelihara berbagai macam binatang, mulai dari burung hingga buaya" cerita Isak Koibur pada saya.

"Trus?" tanya saya penuh rasa ingin tahu.

"Orang itu memasang iklan untuk perawat binatang-binatang di lahan miliknya, yang mendaftar banyak, mulai dari dokter hewan sampai para penyayang binatang. Banyak yang tidak lolos hanya karena masalah sepele, mereka kadang salah memegang burung atau buaya"

"Ohh, kalau begitu pace dia sangat teliti?"

"Ya, tapi saya juga bisa. Kemarin Mail bawa satu sarang burung yang berisi dua ekor anak burung, dia simpan, paginya anak burung sudah hilang, karena buli di sayap mereka sudah tumbuh, mereka terbang" kata Isak, tentang Mil anaknya yang membawa pulang sarang burung.

Kamipun tertawa, terkekeh. Hingga burung-burung pipit yang bersiul-siul di sekitar kami terbang berhamburan.

"Kalau mau piara burung, ambillah waktu dia masih belum berbulu, dan rawatlah maka dia akan jinak" kata Isak.

"hhhhmmmm"

"Sa juga pernah memelihara burung Manwawa, itu dulu sekitar tahun 1994, waktu sa masih SMP di Byak. Sa pulang sekolah, tapi panas jadi, sa ingin mandi di pantai, sa pu rumah tidak jauh dari pantai, jarakknya mungkin sekitar duaratus meter saja. Sa ajak beberapa teman untuk ikut mandi di pantai"

Saat tiba di pantai Mokmer, saya lihat ke atas di pohon kelapa ada beberapa ekor burung Manwawa terbang dan hinggap di dahan kelapa. Saya perhatikan dengan teliti, ada seekor yang paruhnya sedang menjepit makanan dan membawanya masuk ke dalam sarang.

"Kam sabar, di atas ada burung Manwawa, nanti saya naik baru kamu jaga" kata Isak menghentikan perjalanan teman-temannya.

Dengan lincah, Isak tiba di atas pohon kelapa dan mengambil sarang burung Manwawa. Beberapa ekor yang sudah memiliki bulu di sayap terbang, namun karena belum kuat, mereka jatuh dan di tangkap oleh teman-temannya.
Tersisa dua ekor dalam sarang, dengan gembira mereka pulang, dan membatalkan rencana mandi di pantai.

"Burung Manwawa itu saya namakan Tania" kata Isak.

"Tania, dari mana bisa dapat nama itu?"

"Itu nama salah satu artis dalam telenovela yang judulnya Hati yang Mendua (Dos mujeres, un camino), pernah di putar oleh TVRI sekitar tahun 1994. Salah satu bintangnya (Erik Ektrada) pernah main di film Chips, selain itu ada Sinha Moca, hingga Escrava Isaura, dengan settingan kota Tijuana, di Venezuela"

"Ohhh, hahahahahahaha" saya tertawa terbahak-bahak.

"Kalau telenovela ini lagi tayang, kami duduk manis di depan tv, dan saya suka dengan Tania yang rambutnya ikal, keriting itu"

"Sa piara Tania hingga besar, lincah dan nakal."

"Oh ya, nakal apa?"

"Tania suka karao orang punya barang, kadang baju, pakean dalam, hingga peralatan makan seperti sendok dan garpu. Semua yang menarik perhatiannya dia akan karao. Pakaian dia bawa dan letakkan di atas dahan pohon yang tinggi"

"Hahahahaha, Tania sehh, nakal sekali kau" kata ku.

Tapi Tania penakut, kalau ada burung Manwawa yang masih liar datang, dia masuk ke rumah, dari pintu dia lur dan perhatikan burung Manwawa liar di pelepah kelapa, sesekali dia balas kicauan mereka, koak... koak.

"Karena nakal, satu saat ada tetangga yang melempar Tania, tepat di kepala, dan Taniapun mati, sa sedih, sampe beberapa hari. Tania sudah sangat akrab dengan saya, kalau datang orang dan memberi makan dia tidak mau, kecuali kami di rumah yang memberi makan" kata Isak tentang kematian Tania yang tragis. @Ibiroma Wamla

Sekian dulu....

Catatan;

- Karao = pencuri (Bahasa Melayu Papua)
- Manwawa adalah burung gagak dalam bahasa Byak (Kabupaten Biak Numfor), dalam genusnya gagak termasuk anggota burung pengicau (Passeriformes) dari marga Corvus, suku Corvidae.

Hampir semua jenis burung burung berukuran relatif besar dan berwarna bulu dominan hitam. Daerah sebarannya ada di seluruh benua dan kepulauan, dengan perkecualian di Amerika Selatan. Di antara jenis-jenis unggas, gagak diketahui mempunyai tingkat kecerdasan tertinggi di antara para burung. Kualitas ini sudah sejak lama diketahui manusia, khususnya dalam keterampilannya mencuri berbagai alat bantu manusia. Hewan ini mempunyai kemampuan belajar dan dapat memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.Di beberapa kebudayaan dan mitologi, burung gagak kerap dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di Papua, gagak dipercaya sebagai burung pembawa kabar buruk, dan akan mendapat kesulitan.

Mitologi tentang Manwawa ini tidak membuat anak-anak di Byak menjadi takut, seringkali mereka menjebak Manwawa. Sisa-sisa kelapa di campur dengan rica, saat burung ini makan mereka kepedisan, ada yang menceburkan diri ke laut, ada yang menjulurkan lidah, dan ada yang terbang takaruan, alias terbang sembarangan. Hahahahahaha....@
Ibiroma Wamla
 
Ada pula lagunya dalam Bahasa Byak;
Burun manwawa / Burun manwawa / sobatku yang jago makan sraikore / mari susuk denem / kasi masuk wemsimu dua / nari engkau kyeafkafe
Manwawa = Gagak
Denem = jerat
Sraikore = kelapa muda kecil
Nari = nanti
Kyafkafe = tagantung = tergantung
Wemsi = kaki

Lagu lainnya juga separoh
Bahasa Byak dan separoh Bahasa Melayu Papua
Oto patina / buang bakof di Manswam / lalu manwawa makan sambal bepokem
Oto patina = mobil petusahaan roti patina
Bakof = sampah
Manswam = nama kampung
Bepokem = hancur, busuk

Foto; @http://kumpulan.mywapblog.com

@ Ibiroma Wamla
©Ko-Sapa